Ini Ragam Usulan Warga untuk Pengembangan Kota Cirebon

Ini Ragam Usulan Warga untuk Pengembangan Kota Cirebon

CIREBON-Rencana pengembangan Kota Cirebon, mendapat respons positif dari masyarakat. Mereka turut berkontribusi lewat sumbangsih ide. Mulai dari pintu masuk kota, penataan Sungai Sukalila, juga kawasan di sekitar Alun-alun Kejaksan. Cirebon kota kula, kerap diungkapkan sebagai wujud ajakan. Sekaligus meningkatkan rasa memiliki. Tidak hanya mengajak warga untuk ikut mewujudkan ketertibkan, kebersihan, juga kondusitivitas. Tapi juga kepedulian terhadap kotanya. \"\"Barangkali, ragam usulan yang sekarang ini mengalir lancar, menjadi bentuk kontribusi warga untuk kotanya. Di penguhujung tahun lalu misalnya. Sendadiprana Amar Awangga membuat sebuah rancangan penataan Sungai Sukalila. Lewat sentuhan artistiknya, Sukalila digambarkan seperti sungai di Eropa. Airnya bersih. Juga dilengkapi dengan perahu-perahu untuk wisatawan. Sendadiprana mengirimkan karya olah digitalnya di Akun Instagram miliknya. Yang kemudian viral setelah dikirimkan ulang oleh beberapa akun media sosial. Desain ini mendapatkan apresiasi berupa 6.500-an like di platform media sosial Instagram. Menyusul kemudian Syahrul Kamal yang membuat purwarupa kawasan Trusmi dan sekitarnya. Meniru fasilitas pedestrian Malioboro. Dilengkapi dengan kursi di trotoar. Juga lampu-lampu penerangan bergaya etnik di median jalan. Desain ini mendapatkan sedikitnya 11.600-an like di platform Instagram. “Semua ini hanya ilusi semata,” tulis Syahrul dalam caption unggahannya. Apapun itu, desain purwarupa sejumlah ikon Cirebon dianggap menjadi angin segar bagi pemerintah kota. Akademisi, Mudhofar ST MT menilai hal tersebut sebagai bentuk apirasi dari masyarakat. Tanda bahwa mereka memiliki kepedulian terhadap kotanya. Bisa jadi, ini sebagai respons bahwa selama ini mereka banyak diabaikan hal-halnya. “Kalau mau jujur, banyak hak-hak warga yang belum terpenuhi. Kebutuhan RTH (ruang terbuka hijau), kenyamanan pengguna jalan, ketertiban, PKL dan lain-lain. Ini penting untuk jadi perhatian pemerintah,” ujar Mudhofar, kepada Radar, Minggu (13/1). Kendati demikian, Mudhofar memahami, penataan kota memiliki landasan-landasan aturan. Mulai dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detil Tata Ruang (RDTR), master plan dan detail engineering design (DED).  Dengan landasan aturan itu, sudah seharusnya peruntukan ruang sesuai alokasinya. \"\"Nah soal keinginan warga, juga beragam desain yang beredar di berbagai media, ia menilai beberapa bisa diakomodir. Meski masih perlu beberapa penyesuaian dan penyempurnaan. Mudhofar menilai, selama ini pemkot belum serius dalam penataan. Sehingga mungkin saja, warga meresponsnya demikian. Sebab, semua juga mendambakan kota yang benar-benar tertata baik. Ketua Program Studi (Prodi) Arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon (STTC) Cirebon Eka W ST MT mendorong pemerintah mewujudkan rencana yang telah dibuat. Misalnya kawasan Sungai Sukalila yang masuk dalam Road Map Pariwisata Kota Cirebon. Secara garis besar, ia berharap di sepanjang kiri kanan kanal Sukalila dibuat jadi akses pedestrian yang lebar. Dilengkapi dengan peneduhan yang cukup. Kawasan ini diharapkan bisa jadi ruang interaksi masyarakat. “Prinsipnya, desain-desain yang dibuat masyarakat sejatinya adalah kerinduan akan ruang publik. Yang notabene selama ini gagal dipenuhi oleh pemkot,” katanya. Secara umum, Eka memberikan masukan pada beberapa desain tersebut. Terutama memikirkan aspek fungsional. Misalnya di kawasan Sukalila. Prioritasnya adalah normalisasi terlebih dahulu. Kemudian merumuskan tujuan dari menyediakan ruang publik tersebut. Ini adalah ciri kota modern. Harus lebih banyak ruang publik. Desain harus merepresantatifkan fungsi tersebut,” tukasnya. Kendati demikian, ragam konsep itu diharapkan mendapatkan respons yang baik. Juga disikapi positif. Ada rindu yang lama terpendam. (abd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: